Rodagilas.com, Jakarta – Pria yang berprofesi sebagai konsultan bisnis, WNA Slovakia ini sudah cukup lama tinggal di Jakarta – Indonesia, bernama Roman Nedielka telah selesai melakukkan perjalanan jauh keliling dunia seorang diri, pertama kalinya seorang mengendarai sepeda motor listrik keliling dunia sendirian merupakan pencapaian luar biasa dengan menempuh jarak 42.000 km selama 10 bulan dengan 20 negara yang Ia lewati dengan cara mengendarai motor listrik Zero DSR-X tanpa modifikasi apapun dengan tajuk “E.round The World”.
“Ia menceritakan suka dukanya selama perjalanan dalam misis E.round The World yang di mulai dari tanggal 10 Juli 2023 hingga Mei 2024, dengan visi untuk menunjukkan kelayakan dan keandalan sepeda motor listrik melalui perjalanan jarak jauh yang ekstrem keliling dunia yang di mulai dari Indonesia – Jakarta lalu, Malasia, Thailand, Laos, China, Kazakhstan, Azerbaijan, Georgia, Turkiye, Bulgaria, Serbia, Hongaria, Slovakia, Ceko, Jerman, Perancis, Amerika Serikat, Australia, Timor Leste, dan kembali ke Indonesia,” jelasnya.

Dan Roman juga menekankan bahwa,” Ia melakukkan perjalan ini hanya sebatas hobby, jadi tanpa sponsor dari pihak manapun dan juga ingin membuka mata masyarakat Indonesia, soal keunggulan dan kualitas yang ada pada motor listrik bahkan dalam kasus penggunaan jarak jauh”.
Perjalanan keliling dunia Roman menggunakan Zero DSR/X yang mengusung baterai jenis ion litium berkapasitas 17.300 watt hour, dengan daya jelajah sejauh 290 kilometer dalam sekali pengisian penuh selama 2 jam, penggerak mid-drive dengan daya motor raksasa sebesar 75.000 watt. Angka itu memungkinkan motor ini memiliki kekuatan 100 tk dan kecepatan maksimal 180 kpj, Ia yakin dengan spesifikasi ini, Roman mampu melewati beragam tantangan dari budaya, iklim dan bentangan alam yang masing-masing menghadirkan tantangan dan pengalamannya sendiri.
Dari hutan-hutan di Asia Tenggara yang melintasi saat musim hujan, hamparan gurun pasir Kazakhstan yang luas dengan angin kencang, suhu beku Amerika Serikat di musim dingin, hingga suhu musim panas yang mencapai 45°C di musim panas Australia.

Menurut Roman, meski kondisinya menantang, perjalanan berjalan lancar tanpa kendala apa pun pada sepeda motor, hanya memerlukan perawatan khas sepeda motor tradisional seperti penggantian ban dan rem setelah 25.000 km. “Sepanjang perjalanan, selalu ada kemungkinan untuk menemukan tempat pengisian daya. Saya cukup meminta izin kepada orang-orang di sana agar dapat menggunakannya untuk mengisi daya sepeda motor saya, dan secara umum, mereka ramah dan membantu. Saya tidak pernah kehabisan baterai selama perjalanan.”
Roman juga menambahkan salah satu fitur menonjol dari sepeda motor listrik adalah pengoperasiannya yang senyap, berbeda dengan kebisingan lalu lintas di Jakarta dan kota-kota di Tiongkok yang melarang sepeda motor berbahan bakar bensin. Tantangan utama selama perjalanan solonya adalah beradaptasi dengan berbagai kondisi cuaca dan menjalani prosedur bea cukai saat melintasi perbatasan. Selain itu, standar pengisian daya yang berbeda-beda di setiap negara mengharuskan adanya adaptor dan kabel yang sesuai untuk setiap lokasi.
Bagi yang ingin melakukan perjalanan solo, Roman menekankan pentingnya menjaga kebugaran fisik. Sebelum berangkat, ia melakukan persiapan dengan fokus pada asupan makanan, angkat beban, dan yoga. Selain itu, mengonsumsi makanan sehat juga sangat penting. “Selama perjalanan, meskipun fokus utama saya adalah mengisi daya sepeda motor dan memastikan kelancaran pengoperasian, saya terkadang menghadapi tantangan dalam mengakses makanan yang layak.”

“Kini setelah saya menyelesaikan petualangan ini, saya berharap dapat memprioritaskan kebiasaan makan yang lebih sehat dan kebugaran. Saya berharap bisa lebih memberi dampak pada potensi sepeda motor listrik di Indonesia karena jumlah sepeda motor 9 kali lebih banyak dibandingkan mobil. Jadi, dampaknya akan sangat besar jika masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor listrik,” kata Roman.
Meskipun berasal dari latar belakang yang sederhana, berkat kerja keras selama 22 tahun dalam karirnya, ia dapat mencapai perjalanan ini tanpa sponsor atau monetisasi konten apa pun, sehingga menjamin keaslian dan relevansinya dengan publik.
Di akhir perjalanannya, Roman tetap berkomitmen untuk meningkatkan ekosistem e-mobilitas di Indonesia dan mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan opsi transportasi berkelanjutan. “Saya berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mempertimbangkan mobilitas listrik dan berkontribusi terhadap peningkatan kelayakan hidup dan kualitas hidup di kota-kota di Indonesia.”


